Analisis Konsep Anjak Piutang Dalam Perspektif Ekonomi Islam Ditinjau Dari Keputusan DSN-MUI Dan Konsep Akad Hiwalah Dalam Surat Edaran Bank Indonesia
DOI:
https://doi.org/10.37476/nmar.v2i2.1872Keywords:
anjak piutang , DSN-MUI , hiwalah, factoring, DSN-MUI, HiwalahAbstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Konsep anjak piutang syariah dalam fatwa DSN-MUI yang memanfaatkan gagasan akad Hiwalah dalam surat edaran Bank Indonesia serta persamaan dan perbedaan gagasan anjak piutang syariah dalam fatwa DSN-MUI dengan akad Hiwalah. gagasan dalam Surat edaran Bank Indonesia. Penelitian ini menggunakan standarisasi pemeriksaan yuridis dengan menggunakan metodologi terapan dan pendekatan hukum. Gagasan anjak piutang syariah mengingat dalam fatwa DSN-MUI menggunakan wakalah bil ujrah, dan gagasan akad Hiwalah dalam Surat edaran Bank Indonesia adalah gagasan perpindahan kewajiban dengan menggunakan Hiwalah muthlaqah dan Hiwalah muqayyadah. ada persamaan antara gagasan angka syariah dalam fatwa DSN-MUI yang memanfaatkan gagasan akad Hiwalah dalam Surat edaran Bank Indonesia. Yaitu dari pengertian sudut pandang, objek, macam dan jenis persetujuan untuk memberikan dana talangan (qardh) dan mendapatkan ujrah/porto, dan jangka dalam KUH Perdata adalah cessie dan subrogasi. Sementara itu, perbedaan antara pemikiran syariah dalam fatwa DSN-MUI dan gagasan akad Hiwalah dalam Surat edaran Bank Indonesia adalah jenis Transfer hutang dan pindah piutang, pemberi tugas, instansi terkait, dan perbedaan dengan Hiwalah muqayyadah tidak memberikan bailout dan ujrah, serta penyelesaian sengketa.
The purpose of this study is to find the idea of sharia factoring in the DSN-MUI fatwa with the Hiwalah contract idea in the circular of Bank Indonesia and the similarities and differences in the sharia factoring idea in the DSN-MUI fatwa with the Hiwalah contract idea in the circular of Bank Indonesia. This study uses a standardized juridical exploration with a calculated methodology and a legal approach. The idea of a sharia figure in the DSN-MUI fatwa using wakalah bil ujrah, and the idea of a Hiwalah contract in a Bank Indonesia circular letter is the idea of shifting obligations with Hiwalah muthlaqah and Hiwalah muqayyadah. There are similarities between the ideas of sharia figures in the DSN MUI fatwa and the idea of the Hiwalah contract in the circular letter of Bank Indonesia. That is from the point of view, objects, various types of approval to provide bailout funds (qardh) and obtain ujrah/levies. Meanwhile, the difference between sharia thinking in the DSN-MUI fatwa and the Hiwalah contract idea in Bank Indonesia circulars is the type of the obligation to transfer and transfer receivables, the assignor, the office in question, the object of the exchange, and the distinction with Hiwalah muqayyadah do not provide bailout and ujrah, as is the case with dispute resolution disputes